SEDERHANA DLM SUNNAH LEBIH BAIK DARI PADA SEMANGAT TAPI SESAT

Kamis, 11 Maret 2021

KISAH ADAM DIUSIR DARI SURGA DAN DITURUNKAN KE BUMI

KISAH ADAM DIUSIR DARI SURGA DAN DITURUNKAN KE BUMI

Sebelum Adam dan Hawa diusir dari Surga, Allah Ta'ala memerintahkan Adam 'alaihis salam untuk tinggal di Surga. Sebagaimana Allah Ta'ala sebutkan dalam Firman-Nya,

وَيَا آدَمُ اسْكُنْ أَنتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ

"Dan engkau wahai Adam, bertempat tinggallah kamu dan istrimu di taman (Surga)". (Qs. al-A'raf: 19).

Di dalam Surga Adam dan Hawa mendapatkan kesenangan, di antaranya mendapatkan berbagai macam makanan yang tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkannya.

Allah Ta'ala berfirman,

فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا

"Dan makanlah olehmu berdua dimana saja yang kamu sukai". (Qs. al-A'raf: 19).

● Adam dilarang mendekati pohon Khuldi

Akan tetapi Adam dan Hawa dilarang mendekati salah satu pohon, yaitu pohon Khuldi dan dilarang untuk mengambil dan memakan buahnya.

Allah Ta'ala berfirman,

وَلَا تَقْرَبَا هَـٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ

"Dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini". (Qs. al-A'raf: 19).

Ibnu Katsir mengatakan, Allah Subhanahu wa Ta'ala menceritakan bahwa Dia (Allah) membolehkan Adam 'alaihis salam dan Hawa (istrinya) bertempat tinggal di Surga dan memakan semua buah-buahan yang ada padanya, kecuali suatu pohon. (Tafsir, Ibnu Katsir, Qs. al-A'raf: 19-21).

Para Ulama berbeda pendapat tentang jenis buah yang dilarang untuk di makan itu. Sebagian mereka menyebutkan buah anggur, dan ada yang berpendapat buah zaitun, dan ada yang mengatakan gandum. (Lihat al-Bidayah wan Nihayah dan tafsir Ibnu Katsir).

Jenis buah yang terlarang bagi Adam 'alaihis sallam dan Hawa untuk mengkonsumsinya tidak diketahui jenisnya, walaupun sebagian Ulama menyebutkan beberapa jenis buah, tapi selama Allah tidak menjelaskannya maka memahami ayat tanpa menentukan jenisnya lebih baik. (Llihat, Tafsir Suratil Baqarah, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, hlm. 129).

● Iblis menggoda Adam

Akan tetapi iblis tidak henti-hentinya menggoda Adam untuk mendekatinya.

Allah Ta'ala sebutkan dalam Firman-Nya,

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِن سَوْآتِهِمَا

"Maka syaitan (iblis) membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya". (Qs. al-A'raf: 20).

Ibnu Katsir mengatakan, maka saat itulah timbul rasa dengki dalam hati setan (iblis), lalu setan (iblis) berupaya melancarkan makar dan tipuan serta bisikannya, yang tujuannya untuk mencabut nikmat dan pakaian yang indah-indah dari keduanya (Adam dan Hawa). (Tafsir, Ibnu Katsir, Qs. al-A'raf, 19-21).

Allah Ta'ala berfirman,

وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَـٰذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَن تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ

"Dan syaitan (iblis) berkata, Rabb kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi Malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal”. (Qs. Al-A'raf: 20).

Kemudian Allah Ta'ala sebutkan dalam Firman-Nya,

وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ

"Dan dia bersumpah kepada keduanya, sesungguhnya aku adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”. (Qs. Al-A'raf: 21).

Ibnu Katsir mengatakan, Qatadah mengatakan, bahwa iblis bersumpah dengan menyebut nama Allah, "Sesungguhnya aku dicipta­kan sebelum kalian berdua, aku lebih mengetahui daripada kalian berdua. Maka ikutilah aku, niscaya aku memberimu petunjuk". (Tafsir, Ibnu Katsir, Qs. al-A'raf: 21).

● Adam dan Hawa terbuka auratnya

Allah Ta'ala berfirman,

فَدَلَّاهُمَا بِغُرُورٍ

"Maka syaitan (iblis) membujuk keduanya dengan tipu daya". (Qs. al-A'raf: 22).

Allah Ta'ala berfirman,

فَلَمَّا ذَاقَا الشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا

"Tatkala keduanya telah memakan buah kayu itu, nampaklah baginya aurat-auratnya", (Qs. al-A'raf: 22).

Ibnu Katsir mengatakan, Ubay ibnu Ka'b radhiyallahu 'anhu mengatakan, ketika ia (Adam) melakukan kesalahan tersebut, pada saat itu juga auratnya kelihatan (menjadi telanjang), padahal sebelum itu Adam belum pernah melihat auratnya sendiri. (Tafsir, Ibnu Katsir, Qs. al-A'raf: 22).

Ibnu Katsir juga mengatakan, Wahb ibnu Munabbih mengatakan sehubungan dengan kalimat yang mengatakan bahwa pakaian Adam dan Hawa dilucuti. Pakaian Adam dan Hawa yang menutupi aurat keduanya adalah nur (cahaya), sehingga Adam tidak dapat melihat aurat Hawa. Begitu pula sebaliknya, Hawa tidak dapat melihat aurat Adam. Tetapi ketika keduanya memakan buah terlarang itu, maka kelihatanlah aurat masing-masing oleh keduanya. (Tafsir Ibnu Katsir, Qs. Al-A'raf).

Allah Ta'ala berfirman,

وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ الْجَنَّةِ

"Dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun Surga". (Qs. al-A'raf: 22).

Ibnu Katsir mengatakan, Ibnu Abbas mengatakan, bahwa daun-daunan Surga itu adalah daun pohon tin. (Tafsir, Ibnu Katsir, Qs. al-A'raf: 22).

Ibnu Katsir juga mengatakan, Mujahid mengatakan, bahwa keduanya mulai memetik daun-daunan Surga, lalu menambalsulamnya sehingga menjadi pakaian. (Tafsir, Ibnu Katsir, Qs. al-A'raf: 22).

Ibnu Katsir juga mengatakan, Ibnu Abbas menceritakan, bahwa pohon yang Allah melarang Adam dan istrinya memakannya ialah pohon gandum. Setelah keduanya memakan buah pohon itu, maka dengan serta-merta kelihatanlah aurat keduanya. Tersebutlah bahwa yang digunakan oleh keduanya untuk menutupi aurat adalah kukunya masing-masing. Lalu keduanya segera memetik dedaunan Surga (yaitu daun pohon tin) dan menambalsulamkan satu sama lainnya untuk dijadikan penutup aurat keduanya. (Tafsir, Ibnu Katsir, Qs. al-A'raf).

Allah Ta'ala berfirman,

وَنَادَاهُمَا رَبُّهُمَا أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَن تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِينٌ

"Kemudian Rabb mereka menyeru mereka, bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu, dan Aku katakan kepadamu, sesungguhnya syaitan (iblis) itu adalah musuh yang nyata bagi kalian berdua”. (Qs. Al-A'raf: 22).

Ibnu Katsir mengatakan, Ubay ibnu Ka'b radhiyallahu 'anhu mengatakan, Maka ia (Adam) lari ke dalam kebun Surga dan salah satu pohon Surga bergantung (melilit) pada kepalanya. Maka Adam berkata kepada pohon itu, "Lepaskanlah aku". Tetapi pohon itu berkata, "Sungguh aku tidak akan melepaskanmu". Kemudian Tuhan menyerunya, "Hai Adam, apakah engkau lari dari-Ku ?". Adam menjawab, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku merasa malu kepada Engkau". (Tafsir, Ibnu Katsir, Qs. al-A'raf: 22).

Ibnu Katsir juga mengatakan, Allah berfirman, "Bukankah segala sesuatu yang Aku anugerahkan dan Aku perbolehkan untukmu dari buah-buahan Surga tidak cukup sehingga engkau berani memakan apa yang Aku haramkan kepadamu ?". Adam menjawab, "Tidak, wahai Tuhanku. Tetapi demi keagungan-Mu, aku tidak menduga bahwa ada seseorang yang berani bersumpah dengan menyebut nama Engkau secara dusta". Ibnu Abbas mengatakan bahwa hal tersebut adalah apa yang disebutkan di dalam firman-Nya, "Dan setan bersumpah kepada keduanya, Sesungguhnya saya termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua”. (Al-A'raf: 21). (Tafsir Ibnu Katsir, Qs. Al-A'raf).

Ibnu Katsir juga mengatakan, Ibnu Abbas berkata, bahwa setelah Adam memakan buah pohon terlarang itu, maka dikatakan kepadanya, "Mengapa engkau memakan buah pohon yang telah Aku larang engkau memakannya ?". Adam menjawab, "Hawa lah yang menganjurkannya kepadaku". Allah berfirman, "Maka sekarang Aku akan menghukumnya (Hawa), bahwa tidak sekali-kali ia hamil melainkan dengan susah payah, dan tidak sekali-kali ia melahirkan anak melainkan dengan susah payah". Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa pada saat itu juga Hawa merintih. Maka dikatakan kepadanya, "Engkau dan anakmu akan merintih". (Tafsir Ibnu Katsir, Qs. Al-A'raf).

● Adam dan Hawa bertaubat

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

"Keduanya berkata, ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”. (Qs. Al-A'raf: 23).

Ibnu Katsir mengatakan, Ad-Dahhak ibnu Muzahim berkata, Inilah kalimat-kalimat (doa-doa) yang diterima oleh Adam dari Tuhannya, yakni yang diajarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada Adam (dalam tobatnya). (Tafsir Ibnu Katsir, Qs. Al-A'raf: 23).

Ibnu Katsir mengatakan, Qatadah yang menceritakan bahwa Adam berkata, "Wahai Tuhanku, bagaimanakah jika saya bertobat dan memohon ampun kepada Engkau ?". Allah berfirman, "Kalau demikian, niscaya Aku masukkan kamu ke dalam Surga". Tetapi iblis tidak meminta tobat, hanya meminta masa tangguh. Maka masing-masing pihak diberi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala apa yang diminta masing-masing. (Tafsir Ibnu Katsir, Qs. Al-A'raf).

● Adam dan Hawa di usir dari Surga dan ditempatkan di Bumi

قَالَ اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ

"Allah berfirman, turunlah kamu sekalian. Sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain". (Qs. al-A'raf: 24).

وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ

"Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan di muka Bumi sampai waktu yang telah ditentukan”. (Qs. Al-A'raf: 24).

قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ

"Allah berfirman, di Bumi itu kamu hidup dan di Bumi itu kamu mati, dan dari Bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan". (Qs. Al-A'raf: 25).

● Di Bumi Allah sediakan sumber kehidupan

Allah Ta'ala berfirman,

وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ ۗ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ

"Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. (Qs. Al-A'raf: 10).

Ibnu Abbas mengatakan, bahwa Adam lalu diturunkan dari Surga, padahal sebelum itu keduanya memakan buah Surga dengan berlimpah ruah dan tanpa susah payah. Kemudian ia diturunkan ke tempat (dunia) yang makanan dan minumannya tidak berlimpah, tetapi harus dengan susah payah. Maka mulailah Adam belajar membuat alat besi, dan diperintahkan untuk membajak, lalu Adam membajak dan menanam tanaman serta mengairinya. Ketika telah tiba masa panen, maka ia menuainya dan memilih biji-bijiannya serta menggilingnya menjadi tepung, lalu mem­buat adonan roti darinya, setelah itu baru ia memakannya. Tetapi Adam tidak dapat melakukan itu kecuali setelah Allah mengizinkannya. (Tafsir, Ibnu Katsir, Qs. al-A'raf: 22).


____

Tidak ada komentar:

Posting Komentar