SEDERHANA DLM SUNNAH LEBIH BAIK DARI PADA SEMANGAT TAPI SESAT

Senin, 08 Maret 2021

ADAB ISLAM KEPADA LAWAN BICARA

ADAB ISLAM KEPADA LAWAN BICARA

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tidak bisa lepas dari interaksi dengan sesamanya. Di antara interaksi manusia dengan sesama adalah terlibat obrolan.

Obrolan menjadi aktifitas yang tidak bisa ditinggalkan oleh manusia, dengan keluarga, teman, tetangga atau lainnya.

Islam sudah memberikan bimbingan lewat keteladanan yang dicontohkan oleh Rasullullah shallallahu 'alaihi wasallam, bagaimana seharusnya bersikap kepada lawan bicara dalam obrolan, yaitu tidak mengalihkan perhatian dari lawan bicara.

Berikut sikap Nabi shallallahu 'alaihi yang dituturkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu,

إنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا فَلَبِسَهُ قَالَ: شَغَلَنِي هَذَا عَنْكُمْ مُنْذُ الْيَوْمَ إِلَيْهِ نَظْرَةٌ وَإِلَيْكُمْ نَظْرَةٌ ثُمَّ أَلْقَاهُ

“Sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai sebuah cincin dan memakainya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cincin ini telah menyibukkanku dari (memperhatikan) kalian sejak hari ini (aku memakainya), sesaat aku memandangnya dan sesaat aku melihat kalian”. Kemudian beliaupun melemparkan cincin tersebut”. (Hr. An Nasa’i: 5304).

Begitulah sikap mulia Rasullullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada para Sahabatnya ketika sedang terlibat percakapan. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahkan rela membuang cincin kesayangannya karena sudah membuatnya lalai kepada para Sahabatnya.

Keteladanan yang diberikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam diikuti oleh para Shalafus Shalih, generasi terbaik umat.

Berikut ini adab para Salafus Shalih ketika mereka menghadapi lawan bicara.

‘Ataa’ bin Abi Rabah berkata,

إن الرجل ليحدِّثني بالحديث فأنصت له كأني لم أسمعه وقد سمعته قبل أن يولد

“Ada seorang laki-laki menceritakan sesuatu kepadaku, maka aku diam untuk benar-benar mendengarnya, seolah-olah aku tidak pernah mendengar cerita itu, padahal sungguh aku pernah mendengar cerita itu sebelum ia dilahirkan”. (Siyar A’laam An-Nubala 5/86).

Berikutnya tuntunan dari para Salaf, bagaimana seharusnya sikap kita kepada lawan bicara.

Imam Hasan Al-Bashri berkata,

إذا جالست فكن على أن تسمع أحرص منك على أن تقول، و تعلم حسن الاستماع كما تتعلم حسن القول، و لا تقطع على أحد حديثه

“Apabila engkau sedang duduk berbicara dengan orang lain, hendaknya engkau bersemangat mendengar melebihi semangat engkau berbicara. Belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana engkau belajar menjadi pembicara yang baik. Janganlah engkau memotong pembicaraan orang lain”. (Al-Muntaqa hal. 72).

Ibnu Abbas menjelasakan tiga sikap yang baik ketika berbicara.

Beliau berkata,

لجليسي عليَّ ثلاثٌ: أن أَرميه بطَرفي إذا أقبل و أن أُوِّسعَ له في الَمجلس إذا جلس، و أن أصغي إليه إذا تحدث

Teman dudukku (teman bicara) mempunyai tiga hak yang menjadi kewajibanku :

1. Aku arahkan pandanganku padanya jika berbicara.

2. Aku luaskan tempat duduknya jika ia akan duduk (mempersilahkan dan beri tempat yang nyaman).

3. Aku dengarkan seksama jika ia berbicara.

(‘Uyuunul Akhbaar 1/307).

Itulah keteladan yang ditunjukkan oleh Nabi dan para Salaf ketika menghadapi lawan bicara sebagai bentuk penghormatan dan memuliakannya.

Kalau kita perhatikan saat ini, sungguh akhlak yang mulia ini hampir hilang ditengah-tengah manusia. Bisa kita saksikan sa'at ini, banyak orang yang kurang menghormati lawan bicara, karena perhatian kepada telpon genggamnya, atau apa saja yang ada dihadapannya atau yang dipegangnya, padahal mereka sedang terlibat percakapan baik dengan teman, tetangga, anak istri, atau bahkan dengan tamunya yang seharusnya diperlakukan dengan hormat.

با رك الله فيكم

Penulis : Abu Meong.


Kunjungi blog pribadi di: https://agussantosa39.wordpress.com/category/01-islam-dakwah-tauhid/01-islam--sudah-sempurna

Kunjungi juga Channel Youtube Abu Meong di, https://m.youtube.com/channel/UCY84L0V-doictq9w3VxQpaw/videos


__


Tidak ada komentar:

Posting Komentar