SEDERHANA DLM SUNNAH LEBIH BAIK DARI PADA SEMANGAT TAPI SESAT

Senin, 08 Maret 2021

ADAB ISLAM KEPADA GURU

ADAB ISLAM KEPADA GURU

Guru adalah orang yang memiliki jasa terhadap anak didiknya. Tanpa seorang guru, tidak mungkin seorang murid bisa mengetahui dan memahami bidang ilmu pengetahuan yang harus dipelajari dan dipahaminya. Maka sudah sepantasnya apabila seorang murid memiliki adab kepada gurunya. Guru yang dimaksud dalam pembahasan disini adalah Ulama yang mengajarkan bidang ilmu agama. Akan tetapi secara umum, guru bidang ilmu apapun juga, selama ilmu yang diajarkannya medatangkan manfaat, maka tentu seorang murid harus punya adab. Dan Islam sebagai agama yang luhur memberikan tuntunan bagaimana seharusnya adab-adab yang harus dilakukan kepada gurunya.

Berikut ini di antara adab Islam yang harus dimiliki para penuntut ilmu terhadap guru :

1. Menghormatinya

Kita baca riwayat-riwayat Salafus Shalih, bagaimana mereka begitu hormat dan segan kepada guru mereka.

Umar bin Khattab berkata,

تواضعوا لمن تعلمون منه

“Tawadhulah kalian terhadap orang yang mengajari (guru) kalian”.

Abdurahman bin Harmalah Al Aslami berkata,

ما كان إنسان يجترئ على سعيد بن المسيب يسأله عن شيء حتى يستأذنه كما يستأذن الأمير

“Tidaklah sesorang berani bertanya kepada Said bin Musayyib, sampai dia meminta izin, layaknya meminta izin kepada seorang raja”.

Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata,

مَا وَاللَّهِ اجْتَرَأْتُ أَنْ أَشْرَبَ الْمَاءَ وَالشَّافِعِيُّ يَنْظُرُ إِلَيَّ هَيْبَةً لَهُ

“Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan Asy-Syafi’i melihatku karena segan kepadanya”.

Imam Syafi’i berkata,

كنت أصفح الورقة بين يدي مالك صفحًا رفيقًا هيبة له لئلا يسمع وقعها

“Dulu aku membolak balikkan kertas di depan Malik (guru Imam Syafi'i) dengan sangat pelan, karena segan kepadanya dan supaya dia tidak mendengarnya”.

Abu ‘Ubaid Al Qosim bin Salam berkata, “Aku tidak pernah sekalipun mengetuk pintu rumah seorang dari guruku, karena Allah berfirman,

وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Kalau sekiranya mereka sabar, sampai kamu keluar menemui mereka, itu lebih baik untuknya”. (Qs. Al Hujurat: 5).

Sungguh mulia akhlak mereka kepada guru-gurunya, sehingga tidak heran apabila mereka menjadi ulama-ulama besar, sungguh keberkahan ilmu mereka buah dari akhlak mulia terhadap para gurunya.

2. Duduk dengan baik di depan guru

Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah didalam kitabnya Hilyah Tolibil Ilm mengatakan, “Pakailah adab yang terbaik pada saat kau duduk bersama syaikh (guru)mu, pakailah cara yang baik dalam bertanya dan mendengarkannya”.

Syaikh Utsaimin mengomentari perkataan ini, “Duduklah dengan duduk yang beradab, tidak membentangkan kaki, juga tidak bersandar, apalagi saat berada didalam majelis".

Ibnul Jamaah mengatakan, “Seorang penuntut ilmu harus duduk rapi, tenang, tawadhu’, mata tertuju kepada guru, tidak membetangkan kaki, tidak bersandar, tidak pula bersandar dengan tangannya, tidak tertawa dengan keras, tidak duduk di tempat yang lebih tinggi juga tidak membelakangi guru”.

3. Berbicara dengan baik

Berbicara dengan baik diantaranya bicara dengan penuh hormat, tidak memotong pembicaraan guru dan tidak mengeraskan suara.

Imam Abu Hanifah jika berada didepan Imam Malik ia layaknya seorang anak dihadapan ayahnya.

Para Sahabat tidak pernah memotong ucapan Nabi atau mengeraskan suara dihadapan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahkan Umar bin khattab yang terkenal keras wataknya tidak pernah mengeraskan suaranya didepan Rasulullah, bahkan dibeberapa riwayat menyebutkan, bahwa Rasulullah sampai kesulitan mendengar suara Umar jika berbicara.

4. Tenang tidak gaduh ketika belajar

Kita perhatikan bagaimana para Sahabat bersikap kepada Rasullullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai Guru.

Abi Said al Khudry radhiallahu ‘anhu berkata,

كنا جلوساً في المسجد إذ خرج رسول الله فجلس إلينا فكأن على رؤوسنا الطير لا يتكلم أحد منا

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian duduk dihadapan kami. Maka seakan-akan diatas kepala kami terdapat burung. Tak satu pun dari kami yang berbicara”. (Hr. Bukhari).

Diriwayatkan, Yahya bin Yahya Al Laitsi tidak beranjak dari tempat duduknya saat teman-temannya keluar (dari tempat belajar) untuk melihat rombongan gajah yang lewat ditengah pelajaran.

5. Bertanya dengan baik apabila perlu bertanya

Bertanya kepada orang yang memiliki pengetahuan diperintahkan dalam Islam.

Allah Ta’ala berfirman,

فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَتَعْلَمُونَ

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (Qs. An Nahl: 43).

Bertanyalah kepada Guru dengan baik apabila diperlukan, dengan pertanyaan yang jelas, singkat dan tidak berbelit-belit, tidak mengeraskan suara juga tidak menanyakan sesuatu yang tidak dibutuhkan.

Kemudian do'akan guru tersebut setelah bertanya, seperti ucapan: Barakallahu fiik, atau Jazakallahu khoiron dan lain lain.

6. Memberi udzur terhadap kesalahannya

Seorang Guru bagaimanapun tinggi ilmunya, tetap saja dia adalah manusia biasa yang tidak akan luput dari perbuatan salah dan keliru.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,

كل ابن آدم خطاء و خير الخطائين التوابون

“Setiap anak Adam pasti berbuat kesalahan, dan yang terbaik dari mereka adalah yang suka bertaubat”. (Hr. Ahmad).

Dengan kesalahan yang dilakukan seorang guru, maka tidak perlu bagi seorang penuntut ilmu mencela terlebih lagi menggunjingnya, bahkan yang harus dilakukan adalah mendo'akannya.

Salafus Shalih berdo'a untuk guru mereka,

اللهم استر عيب شيخي عني ولا تذهب بركة علمه مني

“Ya Allah tutupilah aib guruku dariku, dan janganlah kau hilangkan keberkahan ilmunya dariku”.

Para salaf juga berkata,

لحوم العلماء مسمومة

“Daging para ulama itu mengandung racun”.

Syaikh Awad Ar-Ruasti Hafidzohullah menjelaskan tentang makna perkataan ini, “Siapa yang suka berbicara tentang aib para ulama, maka dia layaknya memakan daging para ulama yang mengandung racun, akan sakit hatinya, bahkan dapat mematikan hatinya”.

Bukan berarti juga harus membiarkan seorang guru terjerumus kedalam kesalahan, tentunya perlu mengingatkannya dengan adab yang baik.

7. Meneladani akhlak baiknya

Bagi seorang penuntut ilmu, merupakan suatu keharusan, selain menyerap ilmu dari gurunya, juga meneladani akhlak baiknya.

syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Jika gurumu itu sangat baik akhlaknya, jadikanlah dia qudwah atau contoh untukmu dalam berakhlak. Namun bila keadaan malah sebaliknya, maka jangan jadikan akhlak buruknya sebagai contoh untukmu, karena seorang guru dijadikan contoh dalam akhlak yang baik, bukan akhlak buruknya, karena tujuan seorang penuntut ilmu duduk di majelis seorang guru mengambil ilmunya kemudian akhlaknya”.

8. Bersabar

Imam Syafi rahimahullah mengatakan,

اصبر على مر من الجفا معلم. فإن رسوب العلم في نفراته

“Bersabarlah terhadap kerasnya sikap seorang guru. Sesungguhnya gagalnya mempelajari ilmu karena memusuhinya”.

9. Mendo'akannya

Banyak dari kalangan salaf berkata,

ما صليت إلا ودعيت لوالدي ولمشايخي جميعاً

“Tidaklah aku mengerjakan sholat kecuali aku pasti mendo'akan kedua orang tuaku dan guru-guruku semuanya”.

Itulah adab-adab yang harus diperhatikan seorang penuntut ilmu terhadap gurunya.

Selain memperhatikan adab, seorang penuntut ilmu juga tidak boleh bersikap yang berlebihan terhadap gurunya yang tidak dibenarkan oleh syari'at Islam, diantaranya :

● Selalu membenarkan perkataannya

Tidak dibenarkan bagi penuntut ilmu selalu membenarkan perkata'an atau pendapat gurunya, karena setinggi apapun ilmu yang dimiliki gurunya, tetap saja mereka adalah seorang manusia yang bisa salah dalam perkataannya.

Imam Ahmad berkata,

لَيْسَ أَحَدَ إِلَّا وَيُؤْخَذُ مِنْ رَايَةَ وَيُتْرَكُ، مَا خَلَا النَّبِيَّ

“Pendapat seseorang bisa diambil atau ditinggalkan selain Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam”.

● Tidak taklid buta

Taqlid adalah mengikuti perkata’an orang lain tanpa mengetahui (kebenaran) dalilnya. (Mudzakkirah Ushul Fiqh hal. 314).

Taklid adalah perilaku yang menjadikan banyak orang tersesat. Padahal para Ulama sudah mengingatkan untuk tidak taklid kepada siapapun.

Imam Syafi’i berkata,

ولا تقلد دينك فأنه لن يسلم عن يغلط

“Jangan taqlid dalam urusan agama kalian, karena siapapun yang kalian taqlidi, belum tentu selamat dari salah dan keliru”.

● Tidak ghuluw

Sikap ghuluw (melampaui batas atau berlebih-berlebihan) dalam agama adalah sikap yang tercela dan dilarang oleh syariat. Sikap ini tidak akan mendatangkan kebaikan bagi pelakunya, juga tidak akan membuahkan hasil yang baik dalam segala urusan, terlebih lagi dalam urusan agama.

Banyak dalil yang memperingatkan dan mengharamkan ghuluw atau sikap melampaui batas tersebut.

Rasullullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ

“Wahai sekalian manusia, jauhilah sikap ghuluw (melampaui batas) dalam agama. Sesungguhnya perkara yang membinasakan umat sebelum kalian adalah sikap ghuluw mereka dalam agama”.

Itulah beberapa adab dan sikap yang harus dimiliki oleh para penuntut ilmu terhadap Guru.

Semoga Allah menjaga kita dari akhlaq buruk kepada guru-guru kita, karena akhlaq buruk kepada guru akan menghilangkan keberkahan dari ilmu.

Syaikh Umar As-Sufyani Hafidzohullah mengatakan, “Jika seorang murid berakhlak buruk kepada gurunya maka akan menimbulkan dampak yang buruk pula, hilangnya berkah dari ilmu yang didapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya, atau tidak dapat menyebarkan ilmunya. Itu semua contoh dari dampak buruk”.

Rasulullah shallallahu ’alaihi bersabda,

ليس منا من لم يجل كبيرنا و يرحم صغيرنا و يعرف لعالمنا حقه

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti hak Ulama”. (Hr. Ahmad).

Tersirat dari sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa salam, bahwa mereka para ulama wajib diperlakukan sesuai dengan haknya. Akhlak serta adab yang baik merupakan kewajiban yang tidak boleh dilupakan bagi seorang murid.

Wallahu a'lam.


Sebagian disunting dari: https://muslim.or.id/25497-adab-seorang-murid-terhadap-guru.html

Kunjungi juga Channel Youtube Abu Meong di, https://m.youtube.com/channel/UCY84L0V-doictq9w3VxQpaw/videos


__________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar